SELAMAT DATANG DI BLOG ANAK BUGIS RANTAU TARO ADA TARO GAU

Jumat, 15 Oktober 2010

Manusia Bugis

Manusia Bugis dikenal sebagai petani, perantau, dan pedagang. Di kampung halaman, mereka dikenal sebagai ahli pertanian dan di negeri rantau mereka dikenal sabagai 'Saudagar Bugis'. Bertani, berlayar, merantau, dan berdagang merupakan tradisi orang Bugis yang telah diwarisi turun temurun. Mereka pergi berlayar merantau dengan menggunakan perahu buatan mereka sendiri atau memanfaatkan sarana pelayaran yang ada, kemudian menetap di suatu daerah dan mencari nafkah dengan berdagang.
Di negeri rantau ini, mereka bersentuhan dengan berbagai budaya dan tradisi setempat lalu beradaptasi dengan tradisi mereka. Meskipun manusia Bugis kuat memegang tradisinya, namun mereka tidak berusaha menularkan tradisinya kepada penduduk setempat. Malahan mereka bersikap luwes dan cepat menyesuaikan diri dengan kondisi sosial setempat.
Orang Bugis juga dikenal pintar dan berani, di Sumatera misalnya, Opu Daeng Parani, seorang perantau Bugis, dengan kepintaran dan keberaniannya ia berhasil mengusir Raja Kecik dari Minang yang menduduki tahta Sultan Riau, kemudian ia mendudukkan kembali Sultan Riau pada tahtanya. Demikian juga halnya dengan Syekh Yusuf, seorang perantau Bugis-Makassar, ketika tiba di Afrika Selatan memanfaatkan kepintarannya untuk mengajarkan agama Islam. Dengan kepintaran dan keberniannya ia mengerakkan rakyat memberontak untuk membebaskan diri dari penjajahan kolonial di Afrika Selatan.

Dalam hal pemerintahan, manusia Bugis memegang prinsip-prinsip kerakyatan. Tahta raja tidak otomatis diwarisi oleh puteranya secara turun temurun. Seorang raja dipilih oleh rakyat melalui perwakilan yang disebut 'dewan adat'.
Karakter yang lain, adalah orang Bugis sangat kuat menyimpan tradisi. Semua kearifan tradisi masa lampau diabadikan dalam 'lontaraq' , naskah kuno yang ditulis dengan huruf dan bahasa Bugis. Dalam pandangan manusia Bugis, yang disebut 'manusia' adalah mereka yang memiliki 'siri na pacce', yang berarti memiliki 'rasa malu dan martabat'. Kapan dan dimanapun, manusia Bugis tidak boleh kehilangan 'siri na pacce'..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SEMOGA PADA MADECENG